#NAD_30HariMenulis2020
#Hari_ke_6
#NomorAbsen_222
Jumlah kata : 911 kata (hanya isi)
SEKEPING HATI UNTUK LZYLZY NOURAZ
Bzimza Noorzofz berjalan perlahan. Ia tahu, di belakangnya ada Lzylzy Nouraz yang juga sedang bergegas menuju Bellazar D01, satu-satunya sekolah menengah yang berada di distrik mereka. Distrik 01. Bzimza sengaja berjalan pelan-pelan, agar ia dapat membersamai Lzylzy, gadis yang diam-diam disukainya. Padahal suara sirine tanda sekolah di mulai sudah terdengar. Meraung keras, membuat semua siswa Bellazar D01 yang masih berada di jalan kalang kabut berlarian.
Bangunan sekolah sudah terlihat di depan sana. Suara tak, tik, tuk di belakang Bzimza terdengar semakin cepat. Bzimza tersenyum. Itu pasti suara sepatu Lzylzy yang beradu dengan batu hitam penyusun jalan yang mereka lalui. Nanti, saat Lzylzy sudah melewatinya, barulah Bzimza berniat berlari juga. Menjajari langkah Lzylzy.
Suara tak, tik, tuk semakin dekat. Bzimza melirik dengan ekor matanya. Satu sosok mulai menjajari langkah kakinya. Senyum Bzimza semakin lebar.
"Bzimza, ayo bergegas. Sirine tanda sekolah dimulai sudah terdengar. Apa kau tidak menyadarinya?"
Bzimza menoleh. Senyumnya memudar seketika. Oh, tidak! Itu bukan Lzylzy, tetapi Dyazz Azryayz tetangganya yang juga bersekolah di Belazzar D01. Lalu di mana Lzylzy? Sepertinya, tadi gadis itu juga ada di belakangnya?
"Bzimza? Kau menunggu siapa?" Dyazz ikut menoleh ke belakang mengikuti arah pandang Bzimza.
"Eh? Tidak. Aku tidak menunggu siapa-siapa." Bzimza menyahut. Menyembunyikan kekecewaannya karena ternyata Lzylzy tidak ada di belakang sana.
Sesampainya di depan bangunan Belazzar D01, Bzimza dan semua anak yang baru tiba serentak mengeluh pelan. Gerbang besar telah ditutup. Menyisakan pintu besi kecil yang setengah terbuka, dan dijaga oleh seorang pengawal gerbang berwajah sangar.
"Berbaris!" perintah pengawal pada sedikitnya dua puluh anak, termasuk Bzimza dan Dyazz yang terlambat. Mata hijau si pengawal menatap tajam, memperhatikan kedua puluh anak itu berbaris. "Berjalan masuk dalam satu barisan! Langsung menuju Tanah Penghukuman!" Si pengawal berteriak lagi. Suara seraknya terdengar berat dan menakutkan.
Tidak ada yang menunggu perintah diulangi, semua bergegas dalam satu barisan, menuju Tanah Penghukuman. Tempat di mana anak-anak yang melanggar disiplin mendapatkan sanksi. Wajah Bzimza bersemu hijau. Ini pertama kalinya ia berada di Tanah Penghukuman. Tempat di mana ia akan mendapati tatap-tatap mata semua siswa di seluruh Belazzar D01 tertuju pada dirinya sebagai si pelanggar tata tertib.
Bzimza menundukkan kepalanya. Tak berani memandang ke sekeliling. Bagaimana jika di antara ratusan mata yang sedang menatapnya ada Lzylzy Nouraz yang juga sedang melihat ia menerima sanksi karena terlambat datang? Hih! Itu akan sangat memalukan.
"Perhatian, untuk semua siswa Belazzar D01. Berbaris di depan kelas kalian masing-masing. Sebelum masuk, seperti biasa kita akan menyaksikan pemberian sanksi terhadap kawan-kawan kalian yang telah melanggar tata tertib Belazzar D01. Kesalahan mereka adalah tidak berdisiplin, tiba di sekolah sesudah sirine dikumandangkan.
"ketidakdisiplinan adalah awal kehancuran yang tentu saja akan merugikan kalian sendiri, juga kita, seluruh Bangsa Azzura. Sejarah pernah mencatat, bangsa kita nyaris lenyap dari Planet Zarrazanz ini. Namun, berkat kegigihan dan kedisiplinan yang selalu kita bangun, kita dapat melewati masa-masa suram. Kini, di hadapan kalian, dua puluh, oh tidak, dua puluh satu siswa telah melakukan pelanggaran kedisiplinan. Apakah kalian ingin mengulang sejarah kelam untuk Bangsa Azzura?"
Kedua puluh satu anak yamg berbaris di Tanah Penghukuman serentak meneriakkan kata tidak.
"Jika demikian, untuk melatih kembali disiplin pada diri kalian, kami akan memberikan sanksi. Kesalahan kalian adalah terlambat datang, itu menandakan kalian tak mampu bergerak lebih cepat. Untuk itu, sekarang berlarilah mengelilingi Tanah Penghukuman sebanyak dua puluh putaran dalam waktu 2400 kedipan mata. Laksanakan!"
Semua anak yang berdiri di tanah penghukuman mulai berlari. Bzimza mengeluh dalam hati. Dua puluh putaran dalam waktu 2400 kedipan mata? Hmm ini berat. Bzimza mulai mengatur napasnya agar bisa dihemat hingga putaran terakhir. Syukurlah dia mampu.
Tepat di kedipan ke-2400, Bzimza menyelesaikan putaran kedua puluhnya. Bzimza menepi. Napasnya masih tersengal ketika seseorang menabraknya dari belakang kemudian roboh terkulai. Pingsan.
"Lzylzy!" seru Bzimza panik begitu menyadari siapa yang baru saja ambruk di atas lantai batu hitam.
*** *** ***
Bzimza tersenyum pahit jika kini mengingat hal itu. Betapa konyolnya dia saat itu. Sebab setelah melihat Lzylzy terbaring pingsan, dengan panik ia langsung membopongnya ke ruang penyembuhan. Semua siswa Belazzar D01 gempar. Bisik-bisik pun mulai terdengar. Menggunjingkan Bzimza dan aksi nekatnya menyentuh anak perempuan.
Setelah pulih, Lzylzy selalu menghindari Bzimza. Ia malu mendengar segala gunjingan itu. Di Planet kecil Zarrazanz, ada sebuah peraturan tak tertulis yang telah mengakar: tidak diperbolehkan menyentuh lawan jenis, jika bukan keluarga. Itu tabu. Dan Bzimza telah melanggarnya di depan banyak orang.
Hingga mereka sama-sama beranjak dewasa, Lzylzy masih saja menghindari Bzimza. Itu membuat Bzimza begitu tersiksa. Bagaimana tidak? Padahal Lzylzy telah mencuri sekeping hati milik Bzimza. Ini membuat Bzimza tak pernah lagi bisa mencintai gadis mana pun.
Orang bilang, cinta masa remaja bukanlah cinta yang sebenarnya. Mereka bilang itu hanyalah cinta monyet belaka. Akan tetapi, Bzimza tak pernah bisa percaya. Adakah cinta monyet sedalam yang ia rasakan pada Lzylzy?
"Lupakan Lzylzy Nouraz, Bzimza."
Itu yang selalu Momma katakan pada Bzimza sejak bertahun-tahun lalu. Ibunya itu tahu bagaimana perasaan Bzimza pada Lzylzy. Namun, sejak hari Momma menerima selembar kartu undangan dari keluarga Nouraz yang mengabarkan hari pernikahan Lzylzy dengan seseorang dari Distrik 13, Momma selalu menyuruh Bzimza untuk realistis.
Bzimza tak pernah bisa.
Sejak dulu, Bzimza telah memberikan sekeping hatinya untuk Lzylzy Nouraz, dan gadis itu tak pernah mengembalikannya.
"Jangan salahkan aku jika tak lagi bisa mencinta gadis mana pun, Momma. Sungguh aku tidak pernah lagi bisa."
Hingga akhirnya Nyonya Noorzofz, Momma Bzimza, menyerah. Ia tak lagi memaksa putranya untuk mencari gadis lain. Meski di dalam hati Nyonya Noorzofz masih tersimpan pertanyaan: bagaimana mungkin cinta monyet bisa sedemikian lama bertahan? Atau apakah sebenarnya Bzimza hanyalah seorang pemuja cinta platonis yang mendamba dengan sia?
*Temet*
.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
PUISI RAKYAT (PUISI LAMA): PANTUN
KOMPETENSI DASAR 3.9 Mengidentifikasi informasi (pesan, rima, dan pilihan kata) dari puisi rakyat (pantun, syair, dan bentuk puis...
-
KOMPETENSI DASAR 3.9 Mengidentifikasi informasi (pesan, rima, dan pilihan kata) dari puisi rakyat (pantun, syair, dan bentuk puis...
-
SHURA dan DIMA ~cerpen Lilynd Madjid~ "Shura!" Suara seruan di kejauhan menyentakkanku dari keasyikan mengintai ikan di tep...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar