Rabu, 10 Juni 2020

RENDEZVOUS

R     E     N     D     E     Z     V     O     U     S
~Cerpen Lilynd Madjid~




"Jadi?" Mary tersipu. Ia tak menyadari jika pipinya kini merona. "Pukul berapa kita bertemu?" tanyanya gugup.

Lelaki yang berbicara dengannya di line telpon seberang pun sama gugup dengan dirinya. Terdengar dari suaranya yang bergetar dan selalu tersendat.

"Ba-bagaiman jika pukul 10 pagi. Di kantin sekolah?

Mary tersenyum membayangkan wajah Andra yang berkelebat dalam lorong memori di kepalanya. Wajah itu pasti memerah kini, dengan keringat mengembun di dahinya. Seperti sosok Andra yang diingatnya saat mereka masih satu sekolah dulu.

"Kantin sekolah?"

"Ya." Suara Andra di seberang sana terdengar mulai santai. "Aku, ingin mengenang saat kita bersama dulu."

Hening sejenak. Dada Mary berdegup kuat. Ingin mengenang saat barsama, kata Andra? Apakah, termasuk juga tentang 'rasa' yang pernah mereka miliki di masa itu, namun kandas?

Ingatan Mary melayang. Saat ia dan Andra masih satu sekolah. Entah siapa yang memulai, hingga tumbuh bunga-bunga di antara mereka. Bunga-bunga indah yang bermekaran mahkotanya. Menebarkan harum aroma cinta. Cinta. Ya, cinta, dan mereka adalah sepasang kepik muda yang bermain di antara semerbaknya.

"Baik." kata Mary akhirnya.

"Kamu bisa, 'kan?"

"Aku? Tidak masalah."

"Aku juga!" Suara Andra terdengar antusias.

"Jadi, besok pukul sepuluh di kantin sekolah?"

"Ok."

"Bagaimana kalau, kita pakai seragam sekolah?"

"Hah? Serius kamu?" Ada nada terkejut dalam suara Andra di seberang sana. Mary tertawa kecil.

"Katamu ingin mengenang saat-saat kita bersama, dulu," ujar Mary sambil tertawa.

"Iya, tapi--"

"Kamu tidak mau?" Mary mendesak. Namun, di bibirnya terbentuk segurat senyum. Ia membayangkan raut wajah Andra yang bimbang.

"Baik."

"Hei!" seru Mary. "Aku tidak serius. Kita bisa memakai baju apa saja."

"Tidak, tidak. Kupikir tidak apa-apa. Supaya kita ... benar-benar merasa kembali ke masa itu." Suara Andra berakhir lirih.

Senyum Mary mengembang semakin lebar. Entah mengapa dadanya terasa bergetar. Ia benar-benar rindu pada Andra, rupanya. Ingin segera berjumpa kembali dengan lelaki itu.

"Ok, Andra. Sampai berjumpa besok?"

"Sampai berjumpa besok, Mary."

***

Mary merapikan seragam putih abu-abu yang dikenakannya sebelum memutuskan ke luar dari mobil yang dikemudikannya sendiri. Ia juga memeriksa riasan di wajahnya sesaat. Cukup mengesankan, pikirnya. Lalu dia menarik napas sejenak sebelum melangkah turun.

Dada Mary berdegup kencang. Perasaannya pun tak karuan. Ini pertama kalinya ia berjumpa kembali dengan Andra, setelah perpisahan yang sama-sama tak mereka inginkan dulu. Dulu ayahnya mendadak saja terkena mutasi ke pulau seberang. Itu membuat Mary harus pindah dari sekolah, dan berpisah dengan Andra secara tiba-tiba.

Sekian waktu mereka kehilangan kontak. Tak dapat saling meberikan kabar. Hingga mereka berdua harus menerima perpisahan itu dengan hati yang lapang. Sampai akhirnya, ia kembali ke kota ini dan media sosial kembali mempertemukan mereka.

Mary berjalan perlahan. Menatap sekelilingnya sambil menumpahkan lagi semua kenangan. Ia seperti melihat dirinya dan Andra di setiap sudut sekolah yang dilihatnya. Ya, banyak kenangan mereka di sini.

Mary berjalan melintasi halaman. Sekuriti yang berada di sana mengernyitkan dahi saat melihatnya.  Mary tersenyum.

"Reuni kecil," katanya mencoba menjelaskan. Pak  sekuriti ikut tersenyum.

Untungnya kegiatan belajar sedang berlangsung, hingga tak banyak orang yang berpapasan dengan Mary. Mary segera saja menuju kantin yang terletak di bangunan paling belakang. Dadanya kembali bergetar.  Ia bertanya-tanya, seperti apa Andra sekarang.

***     ***     ***

Kantin terlihat cukup berbeda. Lebih modern dibanding saat ia masih bersekolah di sini dulu. Mary bertanya-tanya, apakah stand bakso milik Mang Sapri yang menjadi pavorit para siswa kini masih ada?

Beberapa siswa tampak berkumpul di salah satu meja. Mereka menatap Mary dengan segurat  tanya di mata. Mary tersenyum. Mereka pasti anak-anak yang sedang ada jam kosong di kelasnya.

Lalu mata Mary memindai seluruh penjuru kantin. Seorang lelaki yang duduk di meja sudut berdiri dari duduknya. Ia melambai pada Mary. Sesaat Mary terpana. Kemudian gemuruh di dadanya kembali bergelora.

"Andra," bisiknya sambil berjalan mendekat.

Andra tersenyum. Gaya canggungnya masih tersisa. Mary tersenyum lagi dibuatnya.

"Mary, akhirnya kamu datang juga." Andra menjabat tangan Mary sambil menatap lekat pada matanya. "Kamu masih ... cantik seperti dulu."

"Ah, Andra. Jangan membuatku malu. Bagaimana kabarmu?"

"Aku? Seperti yang kau lihat." Andra menunjuk dirinya sendiri. "Duduklah."

Akhirnya mereka duduk berhadapan di sebuah meja. Saling menatap. Saling tersenyum. Saling berkabar dan menceritakan kisah hidup masing-masing setelah mereka berpisah dulu. Satu yang sama-sama mereka sadari, waktu yang terentang memisahkan ternyata telah membekukan sekian banyak kerinduan di antara keduanya. Kerinduan yang kini mencair seiring tatap mata dan untaian kata yang mengalir. Juga debaran dalam dada keduanya.

Kerinduan yang begitu kuat, membuat tatap mata mereka begitu lekat satu sama lain. Membuat senyum mereka rekah begitu cerah. Membuat debaran di dada mereka seumpama musik yang mengalun indah.

"Permisi, Mau pesan apa?" Seorang pelayan menyela percakapan keduanya. Andra menoleh pada Mary yang lalu mengedikkan bahunya.

"Apa bakso Mang Sapri masih ada?"

"Oh, ada, Kek. Kebetulan saya cucunya. Saya yang meneruskan Bakso Mang Sapri. Selain bakso, mie ayam, seblak, dan ramen juga ada."

"Kami pesan bakso saja."

Andra kembali menatap Mary yang masih tersenyum di hadapannya.

"Bukankah ini pertemuan yang sempurna?"

"Yah, setelah empat puluh tahun lamanya, semua nyaris masih seperti dulu. Bahkan makanan pavorit kita."

Lalu keduanya tertawa bersama. Kerut-kerut di wajah tua keduanya tercetak semakin jelas.

*Tamat*

Bandung Barat, 10 Juni 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PUISI RAKYAT (PUISI LAMA): PANTUN

      KOMPETENSI DASAR 3.9 Mengidentifikasi informasi (pesan, rima, dan pilihan kata) dari puisi rakyat (pantun, syair, dan bentuk puis...