Kamis, 13 Januari 2022

PUISI RAKYAT (PUISI LAMA): PANTUN


  

 KOMPETENSI DASAR

3.9 Mengidentifikasi informasi (pesan, rima, dan pilihan kata) dari puisi rakyat (pantun, syair, dan bentuk puisi rakyat setempat) yang dibaca dan didengar.

 (Bagian 1)


Puisi rakyat merupakan jenis puisi lama yang memiliki perbedaan dengan puisi modern. Perbedaan tersebut disebabkan karena puisi lama memiliki bentuk yang terikat. Hal-hal yang mengikat puisi rakyat tersebut misalnya saja pada jumlah baris di setiap bait, jumlah suku kata, dan rima atau persajakan yang terdapat di setiap bait.

Agar kita dapat lebih memahami puisi rakyat, mari kita kenali terlebih dahulu jenis-jenis puisi rakyat yang terdapat di masyarakat kita.  Beberapa jenis puisi rakyat yang biasa kita temukan, di antaranya pantun, syair, gurindam, karmina, seloka, talibun, dan mantra. 

Baiklah, kita akan mencoba membahas satu per satu jenis-jenis puisi rakyat tersebut.


Pantun

Jenis puisi rakyat yang pertama akan kita bahas adalah pantun. Pantun merupakan jenis puisi rakyat yang memiliki ciri sebagai berikut:

1) Bentuknya berbait-bait

2) Setiap bait terdiri atas 4 baris

3) Setiap barisnya terdiri atas 8—12 suku kata

4) Setiap bait terdiri dari sampiran dan isi, dimana sampiran terdapat pada  baris 1 dan 2, sedangkan isi pantun terdapat pada baris ke 3 dan 4.

5) Setiap bait pantun memiliki rima/ persajakan a-b-a-b. Rima/ persajakan merupakan persamaan bunyi yang biasanya terdapat pada akhir baris. Rima a-b-a-b berarti akhir baris pertama pada pantun, memiliki persamaan bunyi dengan akhir baris ke tiga. Sementara akhir baris ke dua, memiliki persamaan bunyi dengan akhir baris ke empat.


Contoh pantun:

      Kalau ada sumur di ladang

      Bolehlah kita menumpang mandi

      Kalau ada umurku panjang

Bolehlah kita berjumpa lagi

 

      Berburu ke padang datar

      Dapat rusa belang kaki

      Berguru kepalang ajar

      Bagai bunga kembang tak jadi

 

Jika kita perhatikan contoh pantun di atas, kita bisa melihat bahwa dua pantun tersebut terikat pada syarat-syarat yang terdapat pada ciri pantun. Misalnya saja dari segi jumlah baris pada setiap bait. Baik pantun pertama, maupun pantun ke dua, masing-masing terdiri atas empat baris.

 Kemudian, jika kita perhatikan setiap barisnya, kita juga dapat melihat, bahwa setiap baris pada dua contoh pantun di atas terdiri tidak kurang dari 8 suku kata dan tidak lebih dari 12 suku kata.

Ka - lau / a - da / su - mur  / di / la - dang / (9 suku kata)

      Bo - leh  lah /  ki - ta / me - num - pang / man - di/  (10 suku kata)

      Ka -  lau / a - da / u - mur / ku - pan - jang/ (9 suku kata)

Bo - leh - lah /  ki - ta / ber - jum - pa / la - gi/ (10 suku kata)

 

      Ber  - bu - ru /  ke - pa - dang / da - tar / (8 suku kata)

      Da - pat  / ru- sa / be -lang  / ka - ki / (8 suku kata)

      Ber - gu - ru / ke - pa - lang / a -  jar /(8 suku kata)

      Ba - gai  / bu - nga / kem - bang / tak  /  ja - di / (9 suku kata)

 

Sementara, untuk rima atau persajakan, kita juga dapat melihat pada contoh pantun di atas, bahwa kedua pantun memiliki rima/ persajakan a-b-a-bAgar lebih jelas, kita dapat melihat pemaparan berikut.

  • Bunyi akhir [ng] pada kata ladang di baris 1, sama dengan bunyi [ng] pada kata panjang di baris ke 3
  • Bunyi akhir pada kata mandi di baris 2, sama dengan bunyi i pada kata lagi di baris ke 4

Untuk rima/ persajakan, kita tidak harus membuat persamaan bunyi pada satu huruf terakhir saja, melainkan bisa lebih dari satu huruf yang sama. Namun, sebaiknya hindari penggunaan kata yang sama untuk menciptakan rima tersebut.

Demikan pembahasan singkat kita mengenai jenis puisi rakyat yang pertama yaitu pantun. InsyaaAllah pada kesempatan berikutnya, kita akan membahas mengenai jenis puisi rakyat yang lainnya.

PUISI RAKYAT (PUISI LAMA): PANTUN

      KOMPETENSI DASAR 3.9 Mengidentifikasi informasi (pesan, rima, dan pilihan kata) dari puisi rakyat (pantun, syair, dan bentuk puis...