Hallo semua! Setelah beberapa waktu tidak memposting tulisan,
Alhamdulillah hari ini saya bisa memposting sesuatu. Bukan pure tulisan saya sebenarnya, sebab yang kali ini akan saya posting
adalah buah karya sahabat saya tercinta. Puspasari namanya.
Beliau ini (ehm, ehm!) adalah kawan semasa kuliah. Seperjuangan,
senasib dan sepenanggungan, bahkan pernah menjadi kawan sekamar di tempat kost
dulu. Jujur saya mengagumi puisi-puisinya. Bagi saya, puisi-puisi yang ditulis
oleh kawan saya Puspa, selalu penuh imaji yang dapat menenggelamkan kita di
kedalaman kata-katanya.
Baiklah, tidak akan berlama-lama bermukadimah, saya
persilakan Anda untuk menikmati langsung puisi-puisi dari Puspasari Sari Alami
Untuk sariawan. Ooops! :-p
Biodata
Nama
: Puspasari
Ttl
: Sukabumi, 21 Oktober 1981
Pendidikan
: S-1 UPI Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Pekerjaan
: Pengajar
Hobi : Membaca dan menonton pertunjukkan seni
Kau
Kau
mengunciku
Setelah
aku lemah tertawan
matamu
bagai serdadu
menyerbu
jiwa yang berantakan
pesonamu
berbaris
dan
tak mampu kutangkis
aku
bahkan bagai pengemis
memohon
cintamu tak terkikis
14 Februari
2009
Aku menyerah
Bagaimana
musti kudaki lagi
Senyummu
berbaris menjelma bukit
Menungguku
yang kepayahan
Memanggul
rindu membebankan
Bahkan
kini kau cambukkan
Tajam
matamu yang curam
Mengiringi
penaklukanku
Namun
tak pernah sampai
Aku
menyerah di tengah ragu ini.
14
februari 2009
Kutunggu
Aku
menunggumu sesabar batu
menanti
tetes embun dari daun-daun
Tak
ingin menjadi ombak yang galak
mengejar
setiap jejakmu
Tak
ingin menjadi tangan yang erat
menggenggam
butiran pasir
kutunggu
kau kembali karena takdir
kutunggu!
18 Oktober
2009
Menunggumu
Bagaimana
warna pelangi di mataku?
Nikmatilah
sebelum menjadi gerimis
Karena
aku rindu hujan
Menumpahkan
suara hati
Setelah
menunggu dimengerti
Bawa
lari aku ke awan
Menjemput
butiran air mata
Biar
menderas
Biar
terkuras
Lalu
kembali padamu dengan ikhlas
17
Oktober 2009
Mengapa Aku Menjadi Begini?
Semakin
malam semakin tenggelam
pada
senyum manismu di foto mejaku.
Terus
menerus kulilitkan di benak
bagaimana
indahnya tutur sapamu.
Kuumpamakan
bagai daun-daun
yang
melayang kala gugur.
Demikian
hati melayang
tersentuh
pujianmu yang sempurna.
Bagai
berdiri di tengah pertarungan sengit
Demikian
cepat debar jantungku
tak
mampu berkelit.
Ah,
kau….
Dengan
ikhlas kuterima semua keanehan ini
Tanpa
perlu menanyakan
Mengapa
aku menjadi begini?
17 Oktober
2009
Gamang
Lihatlah
hatiku di angkasa
Melayang
bagai kepompong
Berayun-ayun
Menarikan
cinta
Di
ujung gelisah
1 maret 2009
Hampa
Hampa
ini menagih kerinduan
Aku
menggigil luruh dalam rapuh
melayang-layang
dalam kebimbangan
lalu
hempas dan menyayat
ruang
gamang terapung
aku
mencoba menghirup udara
namun
ruang telah hampa
entah
aku harus bagaimana
aku
harus mencintai siapa?
07 Agustus
2008
Parau
Aku
tak ingin berlari lagi
Mengkhianati
kebenaran rasa
Walaupun
harus berlari
Adakah
tempat yang aman untuk bersembunyi dari kata hati?
Daun
itu hijau
Seperti
itulah warna sebenarnya
Cintaku
pun parau meski memang benar adanya
Aku
hampir menyapa senja
Telah
menuju renta
Namun
kau masih pagi
Seperti
sepenggalan matahari
17 Agustus
2009
Takluk
Dari
kaca jendela kucuri wajahmu
Seperti
kolam mengintip bulan di antara daunan
Dari
sudut mataku kucuri senyummu
Seperti
kucing was was mencuri ikan
Bagai
jam henti berdetik
Di
depanmu aku tak berkutik
Terus
tertunduk
Tak
sanggup dan takluk
Menatap
tajam matamu
Yang
menyerbu hingga lubuk
15 Oktober
2009
Penghayatan
Aku
masih mencium bau rindu
Pada
semilir angin yang kau kirim dari jauh
Membelai
gelisah yang tak jua lelap
Remang
bulan belum meyakinkan
Sekuat
apa rasa yang bertebaran
Aku
masih setia mengumpulkan
Lembar
demi lembar guguran debar
Menghayati
hakikat cinta
Tumpah
dalam barisan kata
Mencoba
memahami rasa
23 januari
2009
Maaf
Maaf,
jika aku tak pernah lelap
Abadikanmu
disetiap senyap
Maaf,
jika aku tak pernah pasrah
Merinduimu
meski lelah
Maaf,
jika aku tak pernah sanggup
Ungkapkan
rasa yang tak sayup
2007
Menjelma Ribuan Bintang
Jatuh
Keindahan
itu adalah suara hujan
Menggetarkan
seluruh tubuh
Terbungkus
luruh
Menghangatkan
seluruh impian
Keindahan
itu gemuruh
Kala
tajam matamu menyentuh
Menjelma
ribuan bintang jatuh
kutampung
penuh kesabaran
2007
Kabar yang paling mawar
Dibalik
langit tersenyum gemintang
Menyapa
kabar yang paling mawar
Hujan
merapatkan deras
Kirimkan
doa tulus ikhlas
Rembulan
terperangkap
Cahayanya
berpendar disetiap debar
Tak
ada lagi gelap
Sumbu
jiwa berpadu dalam kobar
3
N0vember 2007
Kepastian Disetiap Detik
Kerapuhan
mengisi ruang hening hingga tumpah
kubawa
mimpi disetiap helaan napas
terasa
berat silau terangnya
melimbungkan
gema rindu
meluapkan
resah menggebu
Aku
ingin sampai pada titik
mengemas
kepastian disetiap detik
jiwa
berpencar mencintai pekat
mencari
cercah malaikat
kuingin
jiwa ini terpeluk erat
2007
Jika Hujan Turun Deras
Tak
ada kata untuk menyelesaikan
kita
petarung yang lemah
takut
dalam ruang terang
menikmati
gelap dan mawar hitam
jika
hujan turun deras
buru-buru kita melintas
curahnya membuat samar
api yang begitu kobar
seperti
kutu
yang
menyelinap diantara debu
itu
cara kita berperang
dan
selalu
tak
pernah mencapai menang
20 Mei 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar