Senin, 05 Agustus 2019

Emak-emak dan Buku


Emak-emak dan Buku*
(Lily N. D. Madjid)



(*Tulisan ini pernah diterbitkan dalam antologi essay: Ketika Buku Berkisah Tentang Aku, terbitan Cahaya Pustaka Publishing)

            Emak-emak dan buku? Apakah terdengar aneh? Kalau untuk saya pribadi  atau untuk orang-orang yang memang terbiasa dengan buku sih, rasanya tidak. Tapi percaya tidak kalau ada juga orang-orang yang menganggap hal tersebut luar biasa? Memang biasanya emak-emak jarang sekali disandingkan dengan buku. Yang lebih sering kita dengar adalah emak-emak dan gosip, atau emak-emak dan sinetron.

            Saya sendiri sebenarnya sudah lama melihat konsep perjodohan emak-emak dan buku ini. Di mana? Di rumah orangtua saya. Dulu. Saat itu ibu saya ‘dijodohkan’ dengan buku oleh suaminya sendiri aka ayah saya. Mengapa? Ya karena untuk menolak dua sandingan yang lainnya itu; emak-emak dan gossip, atau emak-emak dan sinetron.

            Ini menurut cerita ibu saya. Katanya, konon ayah saya paling tidak suka melihat ibu-ibu yang suka bergosip atau duduk memakukan matanya pada layar kaca untuk menonton sinetron. Makanya beliau menjodohkan ibu dengan buku-buku yang kerap dibawakannya sepulang dari bekerja. Itu menjawab pertanyaan yang dulu mengendap di benak saya, mengapa ayah begitu tega membiarkan televisi kami yang rusak di sudut ruang keluarga tanpa ada niat memperbaiki atau menggantinya dengan yang baru.

            Tetapi kini, setelah saya dewasa, saya menganggap keren sekali pemikiran ayah saya ini. Sebagai anaknya, yang juga sudah jatuh hatinya pada buku, tentu saja saya setuju. Bahkan saat kecil dulu, saya sudah ikut melahap buku-buku yang dibawa oleh ayah, yang sebenarnya dimaksudkan untuk dijodohkan dengan ibu.

            Itu cerita perjodohan ibu saya, sebagai emak-emak, dengan buku yang terjadi berpuluh tahun yang lalu. Bagaimana dengan saat ini? Saat ini, saya yang dulu adalah bocah ingusan, telah menjadi emak ingusan. Eum.. emak yang memiliki anak ingusan , maksudnya. Dan sebagai emak-emak, saya pun memiliki hubungan khusus dengan buku, walau pun tanpa dijodohkan oleh suami seperti ibu saya dulu. Ya, saya dengan kesadaran yang tinggi tanpa paksaan telah memilih buku sebagai teman sehidup semati, baik dalam suka maupun duka. Hingga maut saja yang dapat memisahkan kami.

            Itu inginnya. Tapi pada kenyataannya, emak-emak dengan seabreg kegiatan dan aktifitasnya, memang tidak bisa sesering itu kencan dengan buku kecintaannya. Tetap saja ada waktu-waktu di mana emak-emak harus berpisah (sementara) dengan buku-bukunya. Jika saat masih single dulu seorang perempuan mampu menghabiskan sekian buku dalam satu minggu, kini satu buku dalam satu minggu sudah agak lumayan. Kalau bukunya tipis kadang bisa dua atau tiga buku dihabiskan dalam satu minggu. Lumayan kan?

            Sebenarnya, apa sih manfaat yang bisa didapat seorang emak-emak dengan membaca buku? Nah, pertanyaan seperti ini kadangkala muncul mengiringi peryataan-pernyataan lain yang diajukan orang saat melihat emak-emak asik dengan buku ditangannya. Atau justru muncul dari emak-emak sendiri saat disodori buku-buku. “Aduh! Saya mana punya waktu untuk membaca, kerjaan rumah saja nggak selesai-selesai!”. “Untuk apa baca begituan, kita mah yang penting urusan rumah beres, anak-anak keurus. Baca-baca beginian mah udah lewat!”, “Lha? Kok kayak anak sekolah aja harus baca buku segala!” dan lain sebagainya.

            Anda tidak percaya pertanyaan dan pernyataan-pernyataan seperti itu bisa muncul? Kalau tidak percaya, cobalah Anda lakukan semacam tes pembuktian.  Mintalah beberapa orang ibu di dekat Anda untuk membaca buku. Bukunya bisa jenis apa saja. Pasti akan banyak sekali jawaban yang muncul, termasuk jawaban-jawaban yang setipe dengan pernyataan-pernyataan yang saya contohkan di atas.

Padahal banyak sekali keuntungan-keuntungan yang bisa didapat oleh kita—selaku emak-emak—dari membaca buku. Tidak percaya? Nih saya contohkan beberapa.

Pertama, buku sebagai sarana hiburan yang mudah dan murah. Anda ibu-ibu? (Tidak masalah ibu yang juga  bekerja di luar rumah atau hanya full di rumah saja.). Anda pernah merasa jenuh dengan rutinitas keseharian Anda? Wow! Saya yakin semua menjawab: Pernah! Pernahkah saat Anda jenuh, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa? Maksud saya, saat Anda merasa jenuh, tetapi tidak bisa pergi berlibur karena budget untuk pergi berlibur tidak ada, atau waktu libur anak dan suami tidak bersamaan dan pada akhirnya Anda hanya bisa di rumah saja dengan keadaan terpapar oleh kejenuhan itu. Pada situasi seperti ini sebenarnya kita bisa merefresh diri dengan membaca buku-buku yang kita sukai. Ambil waktu saat anak-anak dan suami sedang ke sekolah dan kantor lalu bacalah buku-buku yang menarik minat kita sambil ditemani secangkir teh hangat atau musik pavorit. Dijamin Anda akan merasa sedikit relaks sesudahnya. Dan mulai bersemangat lagi untuk melakukan aktifitas. Apalagi saat ini begitu banyak pilihan buku-buku menarik yang bisa kita temukan, tinggal pilih saja mana yang kita ingin.

Kedua, buku sebagai tempat bertanya saat yang lain tidak tahu jawabannya.  Ingin membuat ini, atau membuat itu, tetapi tidak tahu bagaimana caranya? Bertanya pada orang-orang yang kita kenal, jawabannya kurang memuaskan atau bahkan tidak tahu. Tenang. Sekarang banyak sekali buku-buku berjenis How to. Buku-buku yang menjelaskan bagaimana membuat atau melakukan sesuatu. Mengoleksi buku-buku seperti itu dijamin akan sangat bermanfaat bagi kita.

Ke tiga, buku sebagai sumber informasi. Nah, untuk yang ini saya yakin semua orang akan setuju. Siapa sih yang bisa menyangkal bahwa buku adalah sumber ilmu. Bahkan buku sering disebut sebagai jendela dunia. Ingin mengenal Negara-negara lain, tinggal baca buku. Ingin mengenal adat, budaya, kebiasaan-kebiasaan, karakter masyarakat, bahkan kuliner dari luar negeri? Cara termurahnya ya dengan membaca buku. Tidak suka membaca buku yang serius-serius semacam ensiklopedia? Jangan khawatir. Baca saja novel. Dari membaca novel kita bisa tahu juga kok adat istiadat, kebiasaan atau etika yang terdapat di daerah lain.

Ke empat, membaca buku memancing kreatifitas kita. Tidak percaya? Coba saja Anda baca novel banyak-banyak, dijamin Anda akan merasa terpancing untuk menulis, baik itu puisi maupun cerpen. Baca buku-buku tentang craft, tidak lama tangan Anda pasti gatal untuk mempraktikkannya secara langsung. Lalu, taraaaa…. pernak-pernik yang indah tiba-tiba saja sudah tercipta. Banyak membaca buku kumpulan resep, tentu saja Anda akan mengetahui banyak teknik memasak berbagai makanan. Membaca majalah wanita? Anda akan cenderung mengamati trend fashion dan kosmetik yang ada, dan itu akan menginspirasi Anda dalam hal berbusana dan berpenampilan. Dan, banyak lagi buku-buku yang bisa memancing kreatifitas kita setelah selesai membacanya.

Itu saja dulu contoh yang saya berikan. Sebenarnya masih banyak lagi contoh lain manfaat-manfaat yang bisa kita dapat dari membaca buku. Bahkan jika kita mau, menyadari, membaca buku dapat memunculkan jiwa entrepreneur dalam diri kita. Misalnya saja, dari hasil membaca, kita menulis, lalu buku-buku kita diterbitkan dan dijual. Atau, dari membaca buku, kita membuat usaha kuliner, handycraft, pakaian dan lain sebagainya. Bukankah itu menguntungkan pada akhirnya? Nah, jadi sebenarnya ada banyak manfaat yang bisa didapat oleh kita—emak-emak ini—dari kegiatan membaca buku.

Bagaimana dengan masalah waktu? Kita sering beralasan bahwa jarang membaca buku karena tidak punya waktu. Ah, itu alasan yang klise kalau saya bilang. Agak mengada-ada. Buktinya, kita punya waktu kalau untuk online. Berjam-jam bahkan. Kita juga bisa punya waktu untuk duduk di depan televisi menonton sinetron yang kadang tidak masuk akal. Kita juga punya waktu untuk mengobrol dengan ibu-ibu tetangga yang ujung-ujungnya tidak jarang jadi bergunjing alias bergosip? Iya tidak?

Nah, jadi bisa kita lihat, ya? Sebenarnya bukan hal yang aneh jika para ibu—emak-emak itu—bersanding dengan buku. Bahkan jika melihat manfaat dan mudharatnya dibanding dengan dua hal lainnya yaitu gossip dan sinetron, maka emak-emak berteman dengan buku masih lebih banyak mendatangkan manfaat dan kebaikan. Hanya tinggal dibiasakan saja. Bukankah satu pepatah menyebutkan, Alah bisa karena biasa. Jika kita terbiasa bergaul dan mengakrabi buku, maka akan segera terasa bagaimana nanti buku-buku itu akan memberikan dampak baiknya pada kita.

Apalagi, bergaul dengan buku juga memberikan dampak tak langsung yang juga menyenangkan. Misalnya, menyukai buku, akan membuat kita juga menyukai orang-orang yang juga menyukai buku. Kita bisa berteman dengan mereka. Dan berdasarkan pengalaman saya pribadi, berteman dengan para pebuku selalu membuat saya tercerahkan. Jika bicara dengan mereka, pembicaraannya selalu berisi. Pemikiran mereka bernas. Penuh inspirasi.

Saya sendiri belum termasuk ke dalam golongan yang seperti itu. Sebab saya merasa masih harus menggali semuanya dari buku-buku untuk dapat seperti itu. Masih banyak sekali pengetahuan dan ilmu yang berserakkan di buku-buku yang belum saya tahu. Di buku-buku yang belum sempat saya baca. Dan saya ingin menemukannya. Saya juga ingin, emak-emak lain di manapun mereka berada juga menemukannya. Mari, Mak kita sama-sama membuka jendela dunia dengan membuka buku-buku di genggaman kita. Selamat membaca!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PUISI RAKYAT (PUISI LAMA): PANTUN

      KOMPETENSI DASAR 3.9 Mengidentifikasi informasi (pesan, rima, dan pilihan kata) dari puisi rakyat (pantun, syair, dan bentuk puis...