![]() | |
Ujian. Gambar ilustrasi diambil dari google |
Hening.
Wajah-wajah tertunduk. Menatap helai demi helai kertas dengan puluhan
pertanyaan. Sesekali terdengar hela nafas panjang, ketuk pinsil pada meja,
decit sepatu bergesek dengan lantai kayu, suara batuk yang berat juga dengus
keras seseorang menyedot ingus di hidungnya. Ah, cuaca, cuaca. Konon perubahannya
membuat banyak orang terserang influenza.
Wajah-wajah
ini, wajah-wajah yang sedang tertunduk khusyuk di depanku, adalah wajah-wajah
yang sama dengan yang kuhadapi tahun lalu. Hanya saja, waktu telah sedikit
mengubah mereka. Hmm, waktu. Ia memang pesulap lihai yang pandai mengubah apa
saja. Termasuk mengubah garis wajah mereka yang kini terpekur di hadapanku.
Aku
masih dapat mengingat bagaimana wajah-wajah ini setahun yang lalu. Wajah kekanakan
yang tampak polos dan lugu. Beberapa memang ada yang terlihat usil, jahil, bengal.
Tetapi keusilan, kejahilan juga kebengalan yang khas bocah.
Saat
ini, lihatlah mereka. Mereka yang sedang serius dengan soal-soal tentang demokrasi, kedaulatan, undang-undang,
lembaga negara dan perilaku warga negara yang baik itu—beberapa tampak gelisah
dan kulihat menatap dengan penuh pengharapan pada kawan di dekatnya—betapa berbeda
mereka dengan tahun lalu. Mereka semakin bertumbuh.
Nah,
bukankah waktu memang pesulap yang andal? Ia dapat memuaikan tubuh-tubuh
kanak-kanak itu. Garis-garis wajah
mereka pun mulai berubah. Memang masih tersisa gurat wajah bocah mereka, tetapi
selebihnya, mereka menjelma menjadi perempuan dan lelaki muda, hanya dalam
hitungan belasan bulan saja.
Ya,
ya. Mereka telah tumbuh menjadi pemuda-pemuda penerus masa depan bangsa. Kelak merekalah
yang akan membesarkan, memajukan dan mengharumkan negeri ini. Mungkin dengan
menjadi pengusaha, seniman, akademisi, ilmuwan, olahragawan, petani, nelayan
atau bahkan pejabat pemerintahan.
Mungkin
mereka akan berpikir bahwa semua itu masih jauh. Tetapi ingatlah. Selain pesulap
yang andal, waktu juga kadang bisa menjelma menjadi apa saja. Temasuk pelari
yang bergerak cepat tanpa suara. Tiba-tiba saja, tanpa kita sadari ia membawa
kita melesat cepat ke masa yang berbeda. Ke masa di mana mereka—anak-anak muda
itu—disebut manusia dewasa.
Dalam
perjalanan menuju saat itu mungkin mereka akan menemukan hal-hal yang bisa saja
melemahkan. Aral, rintangan, batu sandungan di beberapa helaan nafas waktu yang
sendat. Membuat mereka terjatuh. Tetapi tidak selamanya. Mereka akan kembali
pulih. Kembali berdiri. Bahkan dengan lebih kuat lagi. Banyak orang menyebut
hal-hal seperti itu adalah ujian.
Saat
ini mereka juga sedang menjalani ujian. Kertas yang sedang mereka hadapi itu,
juga ujian. Salah satu cara untuk mengukur seberapa jauh mereka memahami apa
yang telah mereka pelajari selama ini.
Tetapi
ujian yang disuguhkan Sang Pencipta dalam lajunya detik demi detik waktu tentu
saja tidak seperti ujian yang tengah mereka hadapi saat ini. Sebab ujian yang
sesungguhnya tidak berupa kertas dengan pertanyan-pertanyaan semata. Ia bisa
berupa apa saja. Hal-hal yang tidak kita duga. Hal-hal baik, hal-hal buruk yang
kita alami selama ini. Itulah ujian yang sesungguhnya.
Ruang
kelas masih hening. Mereka masih tenang menekuri soal-soal ujian. Aku masih
memandangi mereka dari sini sambil terus saja mengguratkan kata-kata. Ah, apa ini
yang kubicarakan? Baiklah, sebelum ada yang merasa bosan, kusudahi saja. Tetapi
sebelumnya kuucapkan selamat melaksanakan ujian untuk kalian, kanak-kanak yang
telah disulap menjadi remaja oleh sang waktu, di mana saja kalian berada. Oh,ya.
Juga selamat menanti datangnya liburan. J
(Tembilahan, 4
Juni 2015—Hari pertama UKK kelas 7 dan 8)
#NulisRandom2015 Day #4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar