Kamis, 04 Juni 2015

Saat Ujian #NulisRandom2015 Day#4

Ujian. Gambar ilustrasi diambil dari google




Hening. Wajah-wajah tertunduk. Menatap helai demi helai kertas dengan puluhan pertanyaan. Sesekali terdengar hela nafas panjang, ketuk pinsil pada meja, decit sepatu bergesek dengan lantai kayu, suara batuk yang berat juga dengus keras seseorang menyedot ingus di hidungnya. Ah, cuaca, cuaca. Konon perubahannya membuat banyak orang terserang influenza.

Wajah-wajah ini, wajah-wajah yang sedang tertunduk khusyuk di depanku, adalah wajah-wajah yang sama dengan yang kuhadapi tahun lalu. Hanya saja, waktu telah sedikit mengubah mereka. Hmm, waktu. Ia memang pesulap lihai yang pandai mengubah apa saja. Termasuk mengubah garis wajah mereka yang kini terpekur di hadapanku.

Aku masih dapat mengingat bagaimana wajah-wajah ini setahun yang lalu. Wajah kekanakan yang tampak polos dan lugu. Beberapa memang ada yang terlihat usil, jahil, bengal. Tetapi keusilan, kejahilan juga kebengalan yang khas bocah.

Saat ini, lihatlah mereka. Mereka yang sedang serius dengan soal-soal  tentang demokrasi, kedaulatan, undang-undang, lembaga negara dan perilaku warga negara yang baik itu—beberapa tampak gelisah dan kulihat menatap dengan penuh pengharapan pada kawan di dekatnya—betapa berbeda mereka dengan tahun lalu. Mereka semakin bertumbuh.

Nah, bukankah waktu memang pesulap yang andal? Ia dapat memuaikan tubuh-tubuh kanak-kanak itu.  Garis-garis wajah mereka pun mulai berubah. Memang masih tersisa gurat wajah bocah mereka, tetapi selebihnya, mereka menjelma menjadi perempuan dan lelaki muda, hanya dalam hitungan belasan bulan saja.

Ya, ya. Mereka telah tumbuh menjadi pemuda-pemuda penerus masa depan bangsa. Kelak merekalah yang akan membesarkan, memajukan dan mengharumkan negeri ini. Mungkin dengan menjadi pengusaha, seniman, akademisi, ilmuwan, olahragawan, petani, nelayan atau bahkan pejabat pemerintahan.

Mungkin mereka akan berpikir bahwa semua itu masih jauh. Tetapi ingatlah. Selain pesulap yang andal, waktu juga kadang bisa menjelma menjadi apa saja. Temasuk pelari yang bergerak cepat tanpa suara. Tiba-tiba saja, tanpa kita sadari ia membawa kita melesat cepat ke masa yang berbeda. Ke masa di mana mereka—anak-anak muda itu—disebut manusia dewasa.

Dalam perjalanan menuju saat itu mungkin mereka akan menemukan hal-hal yang bisa saja melemahkan. Aral, rintangan, batu sandungan di beberapa helaan nafas waktu yang sendat. Membuat mereka terjatuh. Tetapi tidak selamanya. Mereka akan kembali pulih. Kembali berdiri. Bahkan dengan lebih kuat lagi. Banyak orang menyebut hal-hal seperti itu adalah ujian.

Saat ini mereka juga sedang menjalani ujian. Kertas yang sedang mereka hadapi itu, juga ujian. Salah satu cara untuk mengukur seberapa jauh mereka memahami apa yang telah mereka pelajari selama ini.

Tetapi ujian yang disuguhkan Sang Pencipta dalam lajunya detik demi detik waktu tentu saja tidak seperti ujian yang tengah mereka hadapi saat ini. Sebab ujian yang sesungguhnya tidak berupa kertas dengan pertanyan-pertanyaan semata. Ia bisa berupa apa saja. Hal-hal yang tidak kita duga. Hal-hal baik, hal-hal buruk yang kita alami selama ini. Itulah ujian yang sesungguhnya.

Ruang kelas masih hening. Mereka masih tenang menekuri soal-soal ujian. Aku masih memandangi mereka dari sini sambil terus saja mengguratkan kata-kata. Ah, apa ini yang kubicarakan? Baiklah, sebelum ada yang merasa bosan, kusudahi saja. Tetapi sebelumnya kuucapkan selamat melaksanakan ujian untuk kalian, kanak-kanak yang telah disulap menjadi remaja oleh sang waktu, di mana saja kalian berada. Oh,ya. Juga selamat menanti datangnya liburan. J

(Tembilahan, 4 Juni 2015—Hari pertama UKK kelas 7 dan 8)
#NulisRandom2015 Day #4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PUISI RAKYAT (PUISI LAMA): PANTUN

      KOMPETENSI DASAR 3.9 Mengidentifikasi informasi (pesan, rima, dan pilihan kata) dari puisi rakyat (pantun, syair, dan bentuk puis...