SELENDANG IBU
Oleh Lily N. D. Madjid
Suhu 40°C membuatku tak berdaya. Badanku panas, tapi aku merasa kedinginan. Ingin rasanya berselubung selimut tebal. Tapi perawat melarang. Selendang batik peninggalan ibu jadi solusi.
Padahal, dulu kukesal, saat ibu hanya memberiku selendang-selendang batik. Sementara kakak-kakakku mendapatkan koleksi peralatan makan keramik, lemari-lemari jati, meja kursi antik dan benda-benda lain yang menurutku lebih berharga.
Tapi, saat panas tubuh seperti menghilangkan setengah kesadaranku, betapa selendang batik lembut ini memberikan kenyamanan. Seolah ibu sendiri yang ada di sini, mendekapku, memberikan belaian.
"Ibu ...."
***
"Mama? Dokter, tolong!"
Nak, mengapa panik? Sekarang, aku senang. Rasa sakit telah hilang. Dan itu, ibuku menjemputku pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar